Tuesday, November 29, 2011

Chetah dan anaknya

Posted by Mohd Daharudin Haji Daud On 9:17 PM


Islam adalah agama yang sangat menekankan akhlak atau budi pekerti kepada umatnya.

Oleh itu, Islam mengatur berbagai sikap yang harus ditunjukkan oleh seorang muslim dalam hubungannya dengan sesama muslim, termasuk juga terhadap binatang. Islam melarang umatnya bersikap kasar kepada binatang, apalagi menyakitinya.

Banyak hadis yang melarang kita menyeksa binatang, diantaranya sebagai berikut:
Rasulullah S.A.W. bersabda :

“Allah S.W.T melaknat orang yang menyeksa haiwan dan memperlakukanya dengan kejam.” (HR. Bukhari)

“Rasulullah S.A.W melarang membunuh haiwan dengan mengurungnya dan membiarkannya ia mati atas sebab lapar dan haus.” (HR. Muslim)

Senyum

Posted by Mohd Daharudin Haji Daud On 9:07 PM


Senyum itu sedekah

Senyum itu sedekah, senyum itu awet muda, senyum itu kemesraan, senyum itu pengikat sahabat, senyum itu penambah kasih, senyum itu pelaris jualan, senyum itu pengiktirafan, senyum juga pemanis wajah, senyum menambahkan kecantikan dan yang pastinya senyuman itu membawa kebaikan.

Senyum juga perlu dimasukkan roh ikhlas, senyum ikhlas adalah senyum kerana Allah, senyum kerana menyahut perintah Allah dan Rasul. Orang Islam disuruh senyum dan dilarang sombong dan sombong diri.

___________________________________________

Senyum biarlah pada tempatnya.

_____________________________________________

Senyum mesra datang dari hati yang baik, tulus dan ikhlas, senyum rekaan ialah senyuman pura-pura dan kejahatan.

Orang yang mindanya terbuka dan bersangka baik akan melahirkan senyuman yang ikhlas, orang yang bahagia senang mengukirkan senyuman, senyumannya kelihatan manis dan indah.

Orang yang sedang menghadapi tekanan jiwa sukar melahirkan senyuman, senyumannya kelihatan kurang indah dan tawar serta kurang menarik.

Senyumlah selalu bila bertemu kawan, senyum tidak menggunakan banyak tenaga tetapi ianya mempunyai banyak kebaikan, disenangi anak isteri, rakan taulan, jiran tetangga dan sudah tentulah yang paling istimewa dikasihi Allah.

Senyuman melahirkan kegembiraan dan kebahagiaan serta mendekati Allah, bersamanya rahmat dan nikmat yang tidak dapat dijual-beli.

Apakah pandangan anda ???.
___________________________________

Hidup Yang Bermakna

Posted by Mohd Daharudin Haji Daud On 8:45 PM


Kita tak tahu bila kita akan mati. Nyawa ini bukan macam siang dan malam. Kita tahu bila akan malam dan kita tahu bila akan siang. Dengan pengetahuan itu, kita mudah merancang. Bangun pagi, solat subuh, bekerja, luangkan masa dengan kawan, berehat dan tidur.

Kita tak tahu bila kita akan mati sebab tiada pengetahuan tentang itu. Maka kita hidup dengan menduga-duga. Apa perlu kita buat sekarang? Apa perlu kita buat esok? Apa perlu kita buat untuk perbaiki kesilapan semalam?

Kalau kita tahu kita ada exam minggu depan, kita akan bersedia. Kita study, hafal, buat group discussion dan macam-macam lagi. Sebab apa kita buat semua perkara tu? Sebab kita nak bersedia masa exam. Kita nak cemerlang.

Mati pun lebih kurang exam juga. Cuma, kita tak tahu bila kita akan diuji. Jika kita rujuk balik intro yang saya tulis, sebab kita tidak tahu bila kita akan mati, kita hidup dengan menduga-duga.

Bagaimana hidup yang dikatakan 'hidup dengan menduga-duga'? Hidup mereka yang menduga-duga ialah hidup yang mereka rasa baik pada akal mereka, tanpa disokong oleh pandangan Islam. Perlu kita ingat, akal kita boleh tersesat dan tertipu, tapi, Islam itu sudah pasti dan sudah lengkap. Jadi, dengan panduan Islam, hidup kita adalah hidup yang pasti, hidup yang sangat-sangat bermakna. Asas hidup kita adalah asas yang kukuh, bukan asas yang angan-angan.

Dengan itu, perlu kita ingat, tanpa panduan yang betul, hidup kita ibarat hidup tanpa hala tuju. Dengan kata lain, kita tidak akan sampai ke akhirat dengan berjaya.

Untuk jadikan hidup kita berada dalam jalan yang betul, perkara pertama perlu kita tetapkan dalam hati ialah matlamat akhir kita. Naik pangkat, dapat degree, kahwin; itu semua boleh jadi matlamat akhir kita. Tapi, itu semua hanya untuk kehidupan kita di dunia. Bagi yang yakin dengan adanya kehidupan di akhirat, matlamat akhir bukanlah pencapaian di dunia, tapi bahagia di akhirat.

Jadi, kita perlu manfaatkan setiap saat di dunia, supaya bila kita mati kita dah bersedia. Kita boleh lulus dengan cemerlang. Setiap saat kita di dunia, adalah saat yang taat kepada Allah. Saat yang ingat kepada Allah. Jadikan kehidupan kita bermakna.

Kesimpulan

1. Untuk berada pada jalan yang betul di dunia ini, kita mesti yakin bahawa kehidupan akhirat menanti kita.

2. Usahalah, agar setiap saat kita adalah saat yang bermanfaat.

Hidayah

Posted by Mohd Daharudin Haji Daud On 8:31 PM



Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak adalah hal yang paling penting dalam Islam. Dengan demikian itu, anak akan senantiasa dalam fitrahnya dan di dalam hatinya bersemayam cahaya-cahaya hikmah sebelum hawa nafsu dan maksiat mengeruhkan hati dan menyesatkannya dari jalan yang benar.

Para sahabat nabi benar-benar mengetahui pentingnya menghafal Al-Qur’an dan pengaruhnya yang nyata dalam diri anak. Mereka berusaha semaksimum mungkin untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anaknya sebagai pelaksanaan atas saranan yang diberikan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadits yang diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash,

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari).

Sebelum kita memberi tugas kepada anak-anak kita untuk menghafal Al-Qur’an, maka terlebih dahulu kita harus menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Sebab, menghafal Al-Qur’an tanpa disertai rasa cinta tidak akan memberi faedah dan manfaat. Bahkan, mungkin jika kita memaksa anak untuk menghafal Al-Qur’an tanpa menanamkan rasa cinta terlebih dahulu, justeru akan memberi kesan negatif bagi anak. Sedangkan mencintai Al-Qur’an disertai menghafal akan dapat menumbuhkan perilaku, akhlak, dan sifat mulia.

Menanamkan rasa cinta anak terhadap Al-Qur’an pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga, iaitu dengan cara keteladanan. Kerana itu, jika kita menginginkan anak mencintai Al-Qur’an, maka jadikanlah keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dengan cara berinteraksi secara baik dengan Al-Qur’an.

Hal tersebut boleh dilakukan dengan cara memuliakan kesucian Al-Qur’an, misalnya memilih tempat paling mulia dan paling tinggi untuk meletakkan mushaf Al-Qur’an, tidak meletak barang apapun di atasnya dan tidak meletakkannya di tempat yang tidak sepatutnya, bahkan membawanya dengan penuh kehormatan dan rasa cinta, sehingga hal tersebut akan merasuk ke dalam alam bawah sedarnya bahawa mushaf Al-Qur’an adalah sesuatu yang agung, suci, mulia, dan harus dihormati, dicintai, dan disucikan.

Sering memperdengarkan Al-Qur’an di rumah dengan suara merdu dan syahdu, tidak memperdengarkan dengan suara keras agar tidak mengganggu pendengarannya.
Memperlihatkan pada anak kecintaan kita pada Al-Qur’an, misalnya dengan cara rutin membacanya.

Adapun kaedah yang boleh digunakan anak mencintai Al-Qur’an diantaranya adalah:

1. Bercerita kepada anak dengan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur’an.
Mempersiapkan cerita untuk anak yang bisa menjadikannya mencintai Allah Ta’ala dan Al-Qur’an Al-Karim, akan lebih bagus jika kisah-kisah itu diambil dari Al-Qur’an secara langsung, seperti kisah tentang tentara gajah yang menghancurkan Ka’bah, kisah perjalanan nabi Musa dan nabi Khidir, kisah Qarun, kisah nabi Sulaiman bersama ratu Bilqis dan burung Hud-hud, kisah tentang Ashabul Kahfi, dan lain-lain.
Sebelum kita mulai bercerita kita katakan pada anak, “Mari Sayangku, bersama-sama kita dengarkan salah satu kisah Al-Qur’an.”

Sehingga rasa cinta anak terhadap cerita-cerita itu dengan sendirinya akan terikat dengan rasa cintanya pada Al-Qur’an. Namun, dalam menyampaikan cerita pada anak harus diperhatikan pemilihan waktu yang tepat, pemilihan bahasa yang sesuai, dan kalimat yang terkesan, sehingga ia akan memberi pengaruh yang kuat pada jiwa dan akal anak.

2. Sabar dalam menghadapi anak.

Misalnya ketika anak belum bersedia menghafal pada usia ini, maka kita harus menangguhkannya sampai anak benar-benar bersedia. Namun kita harus selalu memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepadanya.

3. Menggunakan cara pemberian penghargaan untuk memotivasi anak.
Misalnya jika anak telah menyelesaikan satu surah kita ajak ia untuk jalan-jalan/rekreasi, atau dengan menggunakan lembaran prestasi/piagam penghargaan, sehingga anak akan semakin terdorong untuk mengahafal Al-Qur’an.

4. Menggunakan kata-kata semangat untuk mengarahkan anak mencintai Al-Qur’an.

Misalnya :

Saya mencintai Al-Qur’an.
Al-Qur’an Kalamullah.
Allah mencintai anak yang cinta Al-Qur’an.
Saya suka menghafal Al-Qur’an.

Atau sebelum menyuruh anak memulai menghafal Al-Quran, kita katakan kepada mereka :

“Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia, orang yang mau menjaganya, maka Allah akan menjaga orang itu. Orang yang mau berpegang teguh kepadanya, maka akan mendapat pertolongan dari Allah. Kitab ini akan menjadikan hati seseorang baik dan berperilaku mulia.”

5. Menggunakan sarana menghafal yang inovatif.

Hal ini disesuaikan dengan keperibadian dan kecenderungan si anak (cara belajarnya), misalnya :

* Bagi anak yang dapat memberi tumpuan dengan baik melalui pendengarannya, dapat menggunakan media penghafalan seperti kaset, atau program penghafal Al-Qur’an digital, agar anak boleh mempergunakannya bila-bila saja, serta sering memperdengarkan kepadanya bacaan Al-Qur’an dengan lantunan yang merdu dan indah.

* Bagi anak yang peka terhadap sentuhan, memberikannya Al-Qur’an yang cantik dan terlihat indah saat di bawanya, sehingga ia akan suka membacanya, kerana ia ditulis dalam lembaran-lembaran yang indah dan rapi.

* Bagi anak yang dapat dimasuki melalui kaedah visual, maka boleh mengajarkannya melalui video, komputer, layar projektor, melalui papan tulis, dan lain-lain yang menarik perhatiannya.

6. Memilih waktu yang tepat untuk menghafal Al-Qur’an.

Hal ini sangat penting, kerana kita tidak boleh menganggap anak seperti alat yang dapat dimainkan pada bila-bila masa saja, serta melupakan keperluan anak itu sendiri. Kerana ketika kita terlalu memaksa anak dan sering menekannya dapat menimbulkan kebencian di hati anak, disebabkan dia menanggung kesulitan yang lebih besar. Oleh kerana itu, jika kita ingin menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an di hati anak, maka kita harus memilih waktu yang tepat untuk menghafal dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Adapun waktu yang dimaksud bukan saat seperti di bawah ini:

Setelah lama bermain, dan baru tidur sebentar,
Setelah melakukan aktiviti fizikal yang memenatkan,
Setelah makan dan kenyang,
Waktu yang direncanakan anak untuk bermain,
Ketika anak dalam keadaan psikologi yang kurang baik,
Ketika terjadi hubungan tidak harmoni antara orangtua dan anak, supaya anak tidak membenci Al-Qur’an disebabkan perselisihan dengan orangtuanya.

Kemudian hal terakhir yang tidak kalah penting agar anak mencintai Al-Qur’an adalah dengan membuat anak-anak kita mencintai kita, kerana ketika kita mencintai Al-Qur’an, maka anak-anak pun akan mencintai Al-Qur’an, kerana mereka mengikuti orang yang dicintai.

Adapun beberapa cara agar anak-anak kita semakin mencintai kita antara lain:

* Senantiasa bergantung kepada Allah, selalu berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anak-anak. Dengan demikian Allah akan memberikan taufikNya dan akan menyatukan hati kita dan anak-anak.

* Bergaul dengan anak-anak sesuai dengan peringkat umurnya,iaitu sesuai dengan kaedah, “Perlakukan manusia menurut kadar akalnya.” Sehingga kita akan dengan mudah menembus hati anak-anak.

* Dalam memberi pengarahan dan nasihat, hendaknya diterapkan kaedah yang pelbagai supaya anak tidak merasa jemu saat diberi pendidikan dan pengajaran.

* Memberikan denda kepada anak dengan cara tidak memberikan hadiah atau menundanya sampai waktu yang ditentukan adalah lebih baik daripada memberikan denda berupa sesuatu yang merendahkan diri anak. Tujuannya tidak lain supaya anak menghormati dirinya sendiri sehingga dengan mudah ia akan menghormati kita.

* Memahami kemahiran dan hobi yang dimiliki anak-anak, supaya kita dapat memasukkan sesuatu pada anak dengan cara yang tepat.

* Berusaha dengan sepenuh hati untuk bersahabat dengan anak-anak, selanjutnya memperlakukan mereka dengan bertolak pada dasar pendidikan, bukan dengan bertolak pada dasar bahawa kita lebih utama dari anak-anak, mengingat kita sudah memberi makan, minum, dan menyediakan tempat tinggal. Hal ini secara automatik akan membuat mereka taat tanpa pernah membantah.

* Menguruskan hal-hal yang dapat menghalangi kebahagiaan dan ketenangan hubungan kita dengan anak-anak.

* Mengungkapkan rasa cinta kepada anak, baik dengan lisan maupun perbuatan.

Itulah beberapa point cara untuk menumbuhkan rasa cinta anak kepada Al-Qur’an. Semoga kegiatan menghafal Al-Qur’an menjadi hal yang menyenangkan bagi anak-anak, sehingga kita akan mendapat hasil sesuai yang kita harapkan.

Syarahan : Budaya Membaca

Posted by Mohd Daharudin Haji Daud On 11:47 AM

Terima kasih, Tuan Pengerusi Majlis. Yang Arif lagi bijaksana, panel penilai dan rakan-rakan yang dihormati. Assalamualaikum dan selamat pagi.

Tajuk syarahan yang menjadi pilihan saya pada pagi ini ialah “Ke Arah Memupuk Minat Membaca dalam Kalangan Masyarakat”. Mengapakah saya memilih tajuk ini dan apakah yang ingin saya kupas daripada tajuk ini? Sebenarnya, beberapa hari yang lepas, saya baru selesai mengikuti jerayawara ke lima buah daerah di Johor untuk mengajar pelajar mengaplikaskan maklumat dalam karangan. Daerah terakhir yang saya kunjungi ialah daerah Pasir Gudang iaitu pada 3 Julai yang lalu. Di setiap daerah, saya akan bertanya kepada pelajar-pelajar, siapakah yang membaca surat khabar pada setiap hari?

Tuan-tuan dan puan-puan tahu apakah jawapannya? Jawapannya amat mendukacitakan.

Daripada lebih 100 orang peserta di setiap daerah, tidak sampai 10 orang yang membaca surat khabar pada setiap hari! Kalaupun ada yang membaca, mereka akan hanya membaca ruangan tertentu seperti ruangan sukan atau hiburan. Mereka juga tidak mengetahui nama-nama pemimpin negara apalagi isu semasa yang melanda negara. Inilah gambaran budaya membaca masyarakat kita yang sebenar.

Oleh itu, tidak hairanlah jika, Perpustakaan Negara Malaysia mengumumkan bahawa purata membaca setiap rakyat Malaysia hanyalah dua buah buku setahun. Keadaan ini amat menyedihkan, tetapi itulah hakikatnya! Oleh sebab remaja hari ini merupakan pemimpin masa depan, maka usaha-usaha untuk memupuk budaya membaca dalam kalangan masyarakat perlu dilakukan oleh semua pihak. Jadi, tuan-tuan dan puan-puan, pada hari ini saya ingin mencadangkan beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh semua pihak untuk memupuk budaya membaca dalam masyarakat.

Tuan-tuan dan puan-puan,

Pada pendapat saya, pihak kerajaan perlu lebih agresif dalam menyemai budaya membaca dalam kalangan masyarakat. Sebelum ini, banyak usaha dijalankan namun tahap pembacaan masyarakat masih rendah. Malahan, Kampung Buku di Langkawi yang diharapkan dapat menjadi daya tarikan untuk memupuk budaya membaca, dilaporkan terbiar dan tidak dimanfaatkan walaupun jutaan ringgit telah dibelanjakan untuk membinanya.

Oleh itu, kenyataan Timbalan Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak pada tahun lepas, yang mahu menjadikan Malaysia sebagai “Negara Pembaca” perlulah disambut baik oleh semua pihak. “Negara Pembaca” yang dihasratkan ialah negara yang bukan sahaja memiliki rakyat yang suka membaca dan berasaskan ilmu pengetahuan, malahan diharapkan agar rakyat mempunyai kemampuan berterusan untuk belajar, membuat penyelidikan dan melakukan penemuan baru. Tuan-tuan dan puan-puan, dengan terealisasinya hasrat ini, maka terealisasilah juga “Dasar Buku Negara” yang berhasrat untuk menjadikan masyarakat Malaysia, bukan sahaja suka membaca malah berupaya untuk menghasilkan dan menerbitkan banyak buku yang sesuai dan berkualiti.

Tuan-tuan dan puan-puan,

Selain dasar dan polisi kerajaan, prasarana yang sesuai dan mesra pengguna hendaklah dibangunkan. Kerajaan boleh membangunkan perpustakaan di tempat-tempat yang menjadi tumpuan ramai dan mudah dikunjungi. Selain itu, perpustakaan desa dan perpustakaan bergerak juga perlu diperbanyak supaya gerakan ini dapat sampai ke seluruh ceruk rantau. Selain kerajaan, pihak swasta dan orang persendirian juga boleh membangunkan perpustakaan. Di Amerika Syarikat, lending library atau circulating library ini dibangunkan dan dijadikan sumber perniagaan, iaitu dengan menjadikannya sebagai perpustakaan pinjaman berbayar. Usaha ini telah pelopori oleh William Rind sejak tahun 1762 dan telah mendatangkan impak yang amat besar terhadap pembudayaan membaca dalam kalangan rakyat Amerika selepas itu. Oleh itu, jelas bahawa pembinaan prasarana yang banyak dan meluas, membantu masyarakat kita membudayakan membaca.

Tuan-tuan dan puan-puan,

Pihak swasta juga perlu memainkan peranan untuk memupuk masyarakat membaca. Selain syarikat penerbitan menerbitkan banyak judul menarik dan mengusahakan penterjemahan buku-buku yang berkualiti dari negara, media massa turut memainkan peranan yang penting. United Kingdom, merupakan sebuah negara yang sememangnya berbudaya membaca dan keadaan itu bukanlah sesuatu yang terbina dalam sekelip mata. Pada tahun 2004, mereka telah mengadakan program BigRead yang merupakan satu program untuk mencari 100 buah buku paling popular di United Kingdom. Yang terpenting ialah program ini telah dilakukan secara bersepadu oleh pihak-pihak media, seperti TV, radio, Internet dan juga usaha sama dengan beberapa buah kedai buku.

Caranya mudah sahaja. TV UK, misalnya BBC 1, telah menyiarkan program yang mengulas 100 buah buku yang tersenarai pada setiap minggu. Pada masa yang sama, orang ramai akan mengundi buku-buku kegemaran mereka menerusi Internet. Toko-toko buku pula akan menjual buku yang tersenarai itu dengan melabel dan meletakkannya pada rak-rak khas yang tercetak BigRead di muka depannya. Cara ini umpama carta muzik di kaca TV kita. Oleh itu, tuan-tuan dan puan-puan, jika kita boleh menciplak banyak program tv realiti berbentuk hiburan dari negara Barat, apalah salahnya jika kita menciplak idea yang sangat membina ini? Jika semua pihak swasta menggembleng tenaga, saya yakin dan percaya, di samping mendapat keuntungan, akan terlunaslah satu daripada tanggungjawab sosial mereka kepada negara iaitu memupuk budaya membaca. Inilah yang dikatakan situasi menang-menang, tuan-tuan dan puan-puan.

Tuan-tuan dan puan-puan,

Erasmus Mundus, seorang tokoh akademik terkenal pernah berkata, ‘‘When I have money, I buy books. If any is left, I buy food.’’. Apakah maknanya kata-kata itu, tuan-tuan dan puan-puan? Maknanya, Erasmus melebihutamakan buku, sedangkan kepentingan makanan datang kemudian. Pada Erasmus dan juga sebilangan besar masyarakat negara maju yang lain, membaca itu amat penting buat santapan minda.

Oleh itu, sebagai langkah yang ke-4, kita perlulah memperuntukkan sejumlah wang untuk membeli bahan bacaan. Masyarakat kita bukannya tidak mempunyai wang, mereka ada wang. Hampir setiap rumah, mempunyai radio dan televisyen, malah melanggan Astro. Bagi yang berkemampuan sedikit, mereka tidak lokek untuk berbelanja bagi memiliki produk penjagaan diri dan kesihatan, dan sebagainya. Cuma mereka tidak terbudaya untuk memperuntukkan sejumlah wang bagi membeli buku. Oleh itu, suatu gerakan besar-besaran perlulah dilakukan supaya, masyarakat kita, terbudaya untuk merancang perbelanjaan dengan lebih bijak dengan memperuntukkan sejumlah wang untuk pembelian buku.

Diharapkan dengan cara ini, kita akan dapat melahirkan masyarakat yang walaupun tidak kaya tetapi berminda kelas pertama. Sebenarnya, inilah modalnya untuk kita menjadi negara yang maju dan kaya menjelang tahun 2020 ataupun 2058 sebagaimana yang disasarkan oleh Perdana Menteri kita, Dato’ Sri Abdullah Ahmad Badawi.

Tuan-tuan dan puan-puan,

Akhirnya, ialah peranan ibu bapa. Bagaimana acuan begitulah kuihnya manakala melentur buluh biarlah dari rebungnya. Oleh itu, penyuburan sikap suka membaca perlu dipupuk sejak kecil lagi. Sebelum kanak-kanak boleh membaca, seharusnya mereka sudah dibiasakan dengan buku sama ada memegang, melihat atau menikmati buku secara bercerita. Berdasarkan kajian, 80 hingga 88% ibu bapa dapat mempengaruhi anak-anak untuk membaca. Ibu bapa bukan sahaja menjadi penggalak, malah perlu menjadi suri teladan. Mereka mestilah terlebih dahulu menunjukkan teladan yang baik dengan mengamalkan tabiat membaca.

Sebagai permulaan, anak-anak boleh dibacakan “bed time story” sebelum mereka tidur. Apabila usia bertambah, belikan buku-buku cerita yang menarik dan berwarna-warni untuk menarik perhatian mereka. Menjelang usia remaja pula, ajaklah anak-anak berbincang tentang bahan bacaan yang dibaca oleh mereka atau yang dibaca oleh ibu bapa. Jika ini dilaksanakan, saya yakin dan percaya, anak-anak ini akan terus menghargai buku dan ilmu seterusnya merealisasikan gagasan pembelajaran sepanjang hayat. Keadaan ini sudah pasti akan menjadi pemangkin kepada hasrat negara untuk mewujudkan masyarakat berminda kelas pertama yang mampu menggegarkan dunia dengan tahap keilmuan yang tinggi.

Tuan-tuan dan puan-puan.

Tahukah anda berapa judul buku yang menyaksikan matahari setiap hari? Setiap 30 saat, setiap hari, sekitar 4000 buku baru diterbitkan di seluruh dunia. Ini bermakna, pada setiap tahun, sekitar 1.5 juta judul baru menemui pembaca. Sejak mesin Gutenberg dicipta pada 1450, sebanyak 50 juta judul buku telah diterbitkan di planet bumi. Oleh itu, jika anda berhasrat untuk membaca semua buku itu, anda perlu hidup 250,000 tahun! Malah, kalau pun anda hanya membaca judulnya sahaja, anda memerlukan masa selama 15 tahun! Bermakna, setiap hari, begitu banyak ilmu yang ditemukan lantaran ilmu tersebut semakin berkembang dari hari ke hari.

Oleh itu, jika tidak disemaikan budaya membaca dalam kalangan masyarakat kita, kita akan ketinggalan dan menjadi masyarakat seperti katak di bawah tempurung. Bertepatan dengan bulan Julai iaitu Bulan Membaca Negara, marilah sama-sama kita menyemai budaya membaca supaya cabaran Wawasan 2020 yang ke-6 iaitu ”mewujudkan masyarakat yang maju dan progresif..” bukan fatamorgana semata-mata.

Sekian, terima kasih.

Iman Mutiara

Posted by Mohd Daharudin Haji Daud On 11:13 AM

Artist: Raihan
Song Category: Nasyid

Iman adalah mutiara
Di dalam hari manusia
Yang menyakini Allah
Maha Esa Maha Kuasa

Tanpamu iman bagaimanalah
Merasa diri hamba padaNya
Tanpamu iman bagimanalah
Menjadi hamba Allah yang bertaqwa

Iman tak dapat diwarisi
Dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual beli
Ia tiada di tepian pantai

Walau apapun caranya jua
Engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau merentas lautan api
Namun tak dapat jua dimiliki
Jika tidak kembali pada Allah

Page Mohd Daharudin Haji Daud
×
_

Anda boleh menulis mesej atau pesanan di sini & jangan lupa like page saya... Terima kasih.